Sabtu, 07 Januari 2012

Hati yang Beku

Kecelakaan menjebak enam orang
dalam gelap dan dinginnya malam yang menggigit
Setiap mereka menggenggam sepucuk tongkat kayu
demikianlah kisah ini dituturkan.
Api unggun yang telah padam butuh kayu-kayu—
Perempuan pertama enggan memberi kayunya,
begitu melihat sesosok wajah yang mengelilingi api,
seorang pria berkulit hitam.
Orang yang kedua menatap sekeliling,
tak ada satu pun sesama jemaatnya,
Dia pun tidak mau menyerahkan tongkatnya,
Terbuat dari kayu berkulit halus, untuk dibakar
Orang ketiga duduk berpakaian compang-camping,
dia membetulkan jaket yang dipakainya.
Mengapa tongkat kayuku harus dibakar,
demi menghangatkan si kaya pemalas itu?
Sambil menyandarkan tubuh orang kaya berpikir
tentang kekayaannya yang ada di gudang,
Bagaimana mempertahankan apa yang telah diraihnya,
semenjak masih malas dan miskin tempo dulu.
Wajah orang berkulit hitam memancarkan kebencian,
ketika api mulai padam dan hilang dari penglihatan,
Karena semua yang dilihatnya dalam tongkat kayunya
adalah kesempatan untuk membenci si kulit putih.
Orang terakhir dalam kelompok ini,
tidak bisa berbuat lain untuk menang,
Memberikan hanya kepada mereka yang juga memberi,
Demikianlah dia memainkan pertandingan.
Kayu-kayu tetap tergenggam kuat dalam tangan kaku mereka yang mati,
inilah bukti dosa manusia,
Mereka mati bukan karena dinginnya cuaca,
mereka mati karena bekunya hati.
Hati yang beku justru merugikan dan membunuh mereka sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar