Kamis, 12 Januari 2012

UAS 2011/2012

8 komentar:

  1. 1.Apa yang dapat anda jelaskan sehubungan dengan communication network. Lalu beri penjelasan berkaitan dengan situasi grup anda dalam proses menyelesaikan tugas observasi.

    BalasHapus
  2. Sebelum membahas mengenai communication network, terlebih dahulu harus diketahui pengertian mengenai komunikasi itu sendiri. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alta bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan ( Hybels and Weafer II, 1992).
    Seluruh proses komunikasi pada akhirnya menggantungkan keberhasilan pada tingkat ketercapaian tujuan komunikasi,yakni sejauh mana para partisipan memberikan makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan, itulah yang dikatakan efektifitas komunikasi. Komunikasi yang efektif terjadi jika muncul mutual understanding atau komunikasi yang saling memahami.
    Dalam kehidupan sehari-hari proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara sejumlah orang (kecil : 4-20 orang, besar: 20-50 orang) di dalam sebuah kelompok. Komunikasi kelompok merupakan proses yang sistematik dan terstruktur serta membentuk suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen sistemnya, seperti konteks komunikator, konteks pesan, dan konstruksi ide, konteks pola interaksi, konteks situasional,konteks sikap-sikap individu terhadap kelompok dan konsep toleransi yang ada dalam kelompok itu sendiri.
    Dalam mengerjakan tugas observasi, menurut saya, proses komunikasi yang terjadi diantara anggota kelompok sudah cukup baik, karena kami telah melakukan pertukaran informasi dalam banyak hal, seperti dalam melakukan pemilihan sekolah hingga melakukan wawancara dengan narasumber. Dalam melakukan tugas observasi kami melakukan pembagian tugas, salah seorang anggota bertugas mewawancarai narasumber yang merupakan guru BK di sekolah tersebut, sedangkan anggota yang lain juga dapat menambahkan pertanyaan sehubungan dengan jawaban yang diberikan oleh narasumber.
    Komunikasi yang terjadi juga sudah dapat dikatakan efektif karena baik pemberi pesan maupun penerima pesan dapat memahami dengan baik maksud masing-masing yang disampaikan. Karena komunikasi tidak hanya meliputi komunikasi secara verbal, tetapi ada juga komunikasi nonverbal, maka yang kami juga mengobservasi bahasa tubuh narasumber.
    Selama masa perkuliahan, mulai dari awal terbentuknya kelompok, pengerjaan tugas kelompok, hingga pembuatan laporan kelompok, komunikasi kelompok yang terjalin di antara kami sesama anggota kelompok cukup terjalin dengan baik. Dalam melakukan pembagian tugas, setiap orang bertanggungjawab mengerjakan bagiannya hingga selesai. Namun demikian, setiap anggota lain juga harus mengetahui hasil kerja anggota yang lain. Saat dilakukan pembagian tugas, kami menentukan deadlinenya, setelah tugas diedit, maka tugas di share pada anggota yang lain dan anggota lain juga harus membaca hasil akhir tersebut.
    Walaupun terkadang terdapat perbedaan pendapat diantara anggota kelompok, namum kami selalu dapat menemukan jalan tengah untuk menyelesaikan masalah yang kami hadapi. Biasanya kami berkomunikasi secara langsung atau melalui media seperti handphone melalui sms-an dan telpon-telponan, selain itu kami juga berkomunikasi melalui internet dan jejaring social.

    BalasHapus
  3. 2. Lalu sekarang uraikan dengan detail ; saat diskusi dosen dengan kelompok anda, teori konseling manakah yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya? Berikan alasannya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konseling muncul dengan didasarkan pada berbagai teori. Winkel (1997) menyatakan bahwa teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung, apa yang terjadi selama proses konseling, perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapat terjadi, dan apa unsur-unsur yang memegang peranan pokok. Saat melakukan diskusi dengan dosen, teori konseling yang dapat digunakan untuk menjelaskan prosesnya ialah teori Client-Centered Counseling, karena konseling ini menekankan peranan konseli sendiri dalam proses konseling, konseli diberi kebebasan untuk menentukan sikapnya, konselor juga menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan. Hal ini terlihat saat dosen mengajukan pertanyaan sehubungan dengan kondisi kelompok, tiap-tiap anggota kelompok dapat mengutarakan pendapatnya masing-masing, dosen hanya memberikan sedikit pertanyaan dan kelompok menjawab semunya dengan jelas. Dengan kata lain, semuanya berfokus pada anggota kelompok.

      Selain itu, teori Konseling Behavioristik,juga terlihat dalam proses diskusi dengan dosen. Pendekatan ini menitikberatkan pada perubahan nyata dalam perilaku konseli sebagai hasil dari konseling. Keyakinan dasar yang dipegang dalam pendekatan ini adalah bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari suatu proses belajar, maka dapat diubah dengan belajar baru (Winkel dan Sri Hastuti, 2010). Saat berdiskusi dengan dosen, kelompok menjadi mengetahui kesalahan atau perilaku mereka yang kurang tepat sehubungan dengan tugas yang dikerjakan, setelah itu anggota kelompok berusaha untuk belajar dari kesalaha mereka dan memperbaiki kesalahan mereka. Kelompok tau harus berbuat apa untuk memperbaikinya di tugas selanjutnya, dengan cara mengubah perilaku mereka yang kurang tepat, misalnya dalam hal kecermatan penulisan laporan, sistematikanya, dan lain sebagainya.

      Rational-Emotive Therapy (RET) juga digunakan dalam proses tersebut, RET merupakan sebuah terapi atau corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berperilaku (acting), serta sekaligus menekankan bahwa perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku (Winkel, 1997). Dalan sesi diskusi, dosen mencoba untuk membuka pikiran dan wawasan kelompok mengenai cara pikirnya. Sehingga kelompok dapat lebih baik lagi dalam melakukan tindakan tertentu misalnya dalam hal pembuatan laporan kelompok. Dosen juga mencoba melihat bagaimana dinamika kelompok dalam pengerjaan tugas, sehingga pola pikir, perasaan dan perilaku kelompok terlihat atau tergambar. Kelompok menjadi lebih paham bagaimana seharusnya pola pikir, perasaan dan perilaku mereka dapat mempengaruhi hasil kerja mereka dalam kelompok.

      Daftar Pustaka
      Winkel, W. S & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

      Hapus
  4. 3. Sekarang, anggaplah diri anda seorang konselor pendidikan tinggi. Lepaskan atribut anda sebagai anggota kelompok. Apakah yang anda lakukan pada kelompok anda? (gunakan minimal 2 pembahasan teori).

    BalasHapus
  5. Maaf bu’, jawaban saya kepanjangan, jadi harus dibuat dalam 2 komentar, ini sambungan jawabannya:

    Terdapat beberapa komponen dasar dalam proses bimbingan kelompok, antara lain: 1) Struktur organisasi dan tujuan dibentuknya kelompok; 2) Interaksi dan komunikasi antara anggota kelompok; 3) Keterpaduan dan kebersamaan sebagai satuan yang saling terikat; 4) Gerak maju atau langkah-langkah yang ditempuh kelompok untuk sampai pada sasaran; dan 5) Kepemimpinan /leadership (Winkel, 2004). Sebagai seorang konselor saya akan memastikan kelima komponen tersebut terdapat dengan jelas dan terlaksana dengan baik dalam kelompok.

    Jika dilihat dari macam-macam kelompok, kelompok yang saya tangani ini merupakan bagian dari kelompok sekunder, yang dibentuk atas dasar minat yang dikejar bersama, dalam hal ini ketertarikan akan mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kelompok ini juga termasuk ke dalam sociogroup dimana tekanannya terletak pada hal yang harus dikerjakan bersama, yaitu tugas kelompok yang diberikan dosen. Seain itu, kelompok ini juga termasuk kelompok In group dimana anggota para anggota merasa terikat dan menunjukkan loyalitas satu sama lain. Hal ini terlihat dari komitmen dan kebersamaan antar anggota kelompok. Kelompok ini juga termasuk dalam kelompok tertutup, karena sejak permulaan hingga akhir mata kuliah, mereka tidak menerima anggota baru (Winkel, 2004).

    Dalam memberikan layanan bimbingan, kelompok ini dapat menjadi Kelompok-T (training group) karena dalam kelompok ini perhatian difokuskan pada proses kelompok itu sendiri dan mencakup studi tentang dinamika kelompok melalui pengalaman konkret dalam interaksi satu sama lain di dalam kelompok. Karena metode yang digunakan adalah refleksi atas pengalaman konkret dalam menjalani suatu proses kelompok (laboratory method), kelompok semacam ini juga disebut laboratory training group, karena salah satu tujuannya adalah peningkatan kesadaran tentang unsure-unsur dasar dalam berkomunikasi antar pribadi dan pengembangan kemampuan untuk berkomunikasi lebih baik (Winkel, 2004). Pembentukan kelompok seperti ini juga sepertinya akan cocok jika dilakukan penerapan proses client-centered counseling karena dalam hal ini konseli atau anggota kelompok lah yang lebih memahami bagaimana sebenarnya proses yang terjadi dalam kelompok mereka dan bagaimana mereka akan berusaha mengubah cara mereka yang mungkin kurang tepat menjadi lebih tepat dalam memaksimalkan hasil dari kerja kelompok mereka.

    Daftar Pustaka
    Winkel, W. S & Sri, Hastuti. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.


    Sekian jawaban soal UAS dari saya bu, semoga effort saya ini mendapatkan apresiasi yang baik dari ibu. Jika terdapat kesalahan dalam tata tulis, atau hal lain yang kurang berkenan, saya mohom maaf yang sebesar-besarnya.
    Terimakasih Ibu… ^_^

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah.... :)
    terima kasih Ibu,
    kata terima kasih saja mungkin belum cukup untuk mengungkapkan betapa bersyukurnya saya atas semua kebaikan yang sudah Ibu berikan....

    BalasHapus